Yang dimaksud istiqomah adalah
menempuh jalan (agama) yang lurus
(benar) dengan tidak berpaling ke kiri
maupun ke kanan. Istiqomah ini
mencakup pelaksanaan semua bentuk
ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin,
dan meninggalkan semua bentuk
larangan-Nya.[1] Inilah pengertian
istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu
Rajab Al Hambali.
Di antara ayat yang menyebutkan
keutamaan istiqomah adalah firman
Allah Ta’ala,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺛُﻢَّ ﺍﺳْﺘَﻘَﺎﻣُﻮﺍ ﺗَﺘَﻨَﺰَّﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟْﻤَﻼﺋِﻜَﺔُ ﺃَﻻ ﺗَﺨَﺎﻓُﻮﺍ ﻭَﻻ ﺗَﺤْﺰَﻧُﻮﺍ ﻭَﺃَﺑْﺸِﺮُﻭﺍ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻛُﻨْﺘُﻢْ َﻥﻭُﺪَﻋﻮُﺗ
“Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”
kemudian mereka istiqomah pada
pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa
sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS.
Fushilat: 30)
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini
terdapat tiga pendapat di kalangan ahli
tafsir:
1. Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana
yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash
Shidiq dan Mujahid,
2. Istiqomah dalam ketaatan dan
menunaikan kewajiban Allah,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam
beramal hingga maut menjemput,
sebagaimana dikatakan oleh Abul
‘Aliyah dan As Sudi.[2]
Dan sebenarnya istiqomah bisa
mencakup tiga tafsiran ini karena
semuanya tidak saling bertentangan.
Inilah yang
menunjukkan keutamaan seseorang
yang bisa istiqomah.
Al Hasan Al Bashri ketika membaca
ayat di atas, ia pun berdo’a,
“Allahumma anta robbuna, farzuqnal
istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah
Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan
pada kami).”
Kiat Agar Tetap Istiqomah
Ada beberapa sebab utama yang bisa
membuat seseorang tetap teguh dalam
keimanan.
Pertama: Memahami dan
mengamalkan dua kalimat syahadat
dengan baik dan benar.
Allah Ta’ala berfirman,
ﻳُﺜَﺒِّﺖُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟْﻘَﻮْﻝِ ﺍﻟﺜَّﺎﺑِﺖِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻳُﻀِﻞُّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﻭَﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻣَﺎ ُﺀﺎَﺸَﻳ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang lalim dan
memperbuat apa yang Dia
kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Tafsiran ayat “Allah meneguhkan
orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh …” dijelaskan dalam
hadits berikut.
ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢُ ﺇِﺫَﺍ ﺳُﺌِﻞَ ﻓِﻰ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﻳَﺸْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﻰِﻓَﻭ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ ﻰِﻓ ِﺖِﺑﺎَّﺜﻟﺍ ِﻝْﻮَﻘْﻟﺎِﺑ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺖِّﺒَﺜُﻳ : ُﻪُﻟْﻮَﻗ َﻚِﻟَﺬَﻓ ، ِﻪَّﻠﻟﺍﺍﻵﺧِﺮَﺓِ .
“Jika seorang muslim ditanya di dalam
kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, maka inilah tafsir ayat:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat”.“[9]
Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang
dimaksud Allah meneguhkan orang
beriman di dunia adalah dengan
meneguhkan mereka dalam kebaikan
dan amalan sholih. Sedangkan di
akhirat, mereka akan diteguhkan di
kubur (ketika menjawab pertanyaan
malaikat Munkar dan Nakir, pen).”
Perkataan semacam Qotadah
diriwayatkan dari ulama salaf lainnya.
[10]
Mengapa Allah bisa teguhkan orang
beriman di dunia dengan terus beramal
sholih dan di akhirat (alam kubur)
dengan dimudahkan menjawab
pertanyaan malaikat “Siapa Rabbmu,
siapa Nabimu dan apa agamamu”?
Jawabannya adalah karena pemahaman
dan pengamalannya yang baik dan
benar terhadap dua kalimat syahadat.
Dia tentu memahami makna dua
kalimat syahadat dengan benar.
Memenuhi rukun dan syaratnya. Serta
dia pula tidak menerjang larangan
Allah berupa menyekutukan-Nya
dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik.
Oleh karena itu, kiat pertama ini
menuntunkan seseorang agar bisa
beragama dengan baik yaitu mengikuti
jalan hidup salaful ummah yaitu jalan
hidup para sahabat yang merupakan
generasi terbaik dari umat ini. Dengan
menempuh jalan tersebut, ia akan sibuk
belajar agama untuk memperbaiki
aqidahnya, mendalami tauhid dan juga
menguasai kesyirikan yang sangat
keras Allah larang sehingga harus
dijauhi. Oleh karena itu, jalan yang ia
tempuh adalah jalan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah dalam beragama yang
merupakan golongan yang selamat
yang akan senantiasa mendapatkan
pertolongan Allah.
Kedua: Mengkaji Al Qur’an dengan
menghayati dan merenungkannya.
Allah menceritakan bahwa Al Qur’an
dapat meneguhkan hati orang-orang
beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk
kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala
berfirman,
ﻗُﻞْ ﻧَﺰَّﻟَﻪُ ﺭُﻭﺡُ ﺍﻟْﻘُﺪُﺱِ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻟِﻴُﺜَﺒِّﺖَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﺑُﺸْﺮَﻯ َﻦﻴِﻤِﻠْﺴُﻤْﻠِﻟ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril)[11]
menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu
dengan benar, untuk meneguhkan (hati)
orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
Ketiga: Iltizam (konsekuen) dalam
menjalankan syari’at Allah. Pelajari ibadah yang paling
membuat kita nyaman dan
memahami ilmunya dengan
baik . Ada orang yang mampu
menghapal Al Quran dengan baik, ada
orang yang bagus tahajudnya, ada
yang bagus shaum Senin-Kamis atau
shaum Daud-nya kuat, ada yang
bagus wiridnya, ada yang bagus
sedekahnya. Lakukan ibadah secara
bertahap saja karena Allah juga sudah
tahu persis keterbatasan kita, yang
penting kualitasnya terjaga.